Harga Bawang Merah Anjlok Hingga Rp6.000/kilogram, Petani di Alahan Panjang Mengeluh
Para petani di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti,
Kabupaten Solok, Sumbar mengeluhkan harga bawang merah ukuran menengah
di daerah itu anjlok, yakni hanya Rp4 hingga Rp6 ribu per kilogram
karena melimpahnya produksi bawang merah.
"Penurunan harga bawang
merah ini sudah berlangsung sejak dua bulan yang lalu dari awalnya Rp40
ribu turun menjadi Rp25 ribu, turun lagi Rp15 ribu hingga sekarang Rp6
ribu," kata salah seorang petani di Alahan Panjang, Satria Wira Gumanti
(29).
Satria mengatakan
pada umumnya masyarakat di Nagari Alahan Panjang dan sekitarnya
merasakan dampak dan kondisi ekonomi mereka sangat terpuruk atas
turunnya harga bawang merah sejak dua bulan belakangan.
Ia
mengatakan masyarakat di daerah itu memang lebih banyak menanam bawang
merah ketimbang tanaman hortikultura lainnya berupa kentang, tomat,
cabai, dan tanaman lainnya. Untuk bawang merah berukuran besar
masih dijual di atas Rp10 ribu atau Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per
kilogram. Namun persoalannya rata-rata hasil panen kami berukuran
menengah.
Di tambah lagi, Satria mengeluhkan saat
ini pupuk di tingkat pengecer terus mengalami kenaikan harga. Sehingga
modal berladang tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Selain
harga bawang anjlok, sejumlah komoditi lainnya berupa tomat juga
mengalami penurunan harga dari Rp3 ribu menjadi Rp800 per kilogram sejak
sebulan terakhir. Selanjutnya, harga cabai dari Rp35 ribu
menjadi Rp27 ribu per kilogramnya. Kemudian kentang juga turun dari Rp9
ribu menjadi Rp7 ribu, kol dari Rp2 ribu menjadi Rp1 ribu per kilogram.
"Salah
satu penyebab turunnya harga karena permintaan berkurang, sementara
stok berlebih, seperti bawang merah misalnya, hampir di semua daerah
bisa menanam bawang merah," kata dia.
Di Samping itu, Plt Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Imran Syahrial mengatakan tanaman
hortikultura memang selalu mengalami kenaikan dan penurunan harga.
"Sebelumnya
harga bawang sempat naik sehingga banyak petani yang menanam, sehingga
penawaran meningkat dan permintaan berkurang, inilah yang menyebabkan
penurunan harga," kata dia.
Imran mengatakan saat ini bawang
tidak hanya tumbuh di Kabupaten Solok saja, namun di daerah lain yang
biasanya tidak bisa ditanami bawang seperti di Solok Selatan, Sungai
Lasi, Tanah Datar, dan daerah lainnya juga sudah banyak menanam bawang
merah. Belum lagi di Pulau Jawa. Sehingga ini menjadi salah satu penyebab menurunnya harga bawang merah.
Menurutnya
solusi jangka pendek ialah masyarakat harus menyediakan wadah berupa
rak bawang yang mampu menampung bawang dalam waktu lama. Sehingga jika
bawang murah, petani bisa menahannya hingga harga kembali normal.
"Selanjutnya,
memproduksi bawang merah menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi
seperti mengolah menjadi bawang goreng atau minyak bawang. Begitu pula
dengan tanaman hortikultura lainnya," kata dia.
Ia juga meminta pada setiap penyuluh agar memberikan pembinaan pada para petani. Selain itu, jangka panjang ke depannya sesuai dengan program unggulan bupati Solok, yakni akan membuat pabrik saus tomat. Jika nantinya harga tomat atau cabai rendah, kita dapat meminimalkannya dengan mengolahnya menjadi saus.
Sumber : antarasumbar.com
No comments