Kenali Baby Blues, Gangguan Suasana Hati Setelah Melahirkan
Menimang buah hati tercinta setelah melahirkan seharusnya membawa kebahagiaan tersendiri bagi ibu. Sayangnya, ada ibu yang justru merasa sedih, cemas, dan depresi usai melahirkan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan baby blues syndrome atau sindrom baby blues.
Sebenarnya, apa itu baby blues syndrome dan seperti apa gejala dari kondisi ini? Cari tahu lebih lanjut, yuk!
Apa itu baby blues?
Baby blues syndrome atau sindrom baby blues adalah perubahan suasana hati setelah kelahiran yang bisa membuat ibu merasa terharu, cemas, hingga mudah tersinggung.
Sindrom blues disebut juga sebagai postpartum blues yang biasanya dialami oleh sekitar 80 persen atau 4-5 ibu baru.
Kondisi ini dapat membuat ibu jadi tidak sabaran, mudah marah, khawatir dengan masalah ibu menyusui, hingga khawatir dengan kesehatan bayi.
Padahal, mungkin saja sebenarnya bayi sedang baik-baik saja atau tidak mengalami masalah kesehatan.
Bahkan tak jarang, ibu juga bisa merasa lelah tapi sulit tidur dan terus menangis tanpa alasan yang jelas.
Menurut Pregnancy Birth and Baby, sindrom ini bisa muncul dalam kurun waktu 3-10 hari setelah melahirkan.
Sindrom ini biasanya berlangsung kurang lebih selama 2-3 hari di masa nifas.
Baby blues syndrome adalah kondisi yang berbeda dengan depresi pascamelahirkan (postpartum depression).
Keduanya memang sama-sama menunjukkan gejala kesedihan dan kecemasan usai melahirkan.
Akan tetapi, postpartum depression bisa dibilang merupakan kondisi yang lebih parah ketimbang sindrom blues karena sudah menunjukkan gejala gangguan kejiwaan atau afeksi berupa depresi.
Meski sindrom baby blues adalah bentuk depresi postpartum yang lebih ringan, pastikan Anda tidak mengabaikan gejala yang muncul.
Apa saja gejala baby blues?
Istilah sindrom baby blues adalah suatu kondisi yang dipakai untuk menggambarkan kekhawatiran, rasa tidak bahagia, dan kelelahan selama beberapa hari setelah melahirkan.
Sindrom ini khususnya bisa dialami ibu usai melahirkan anak pertama. Hal ini merupakan kasus yang sangat umum terjadi.
Gejala baby blues biasanya lebih ringan ketimbang depresi postpartum (postpartum depression).
Ibu yang mengalami baby blues umumnya memiliki gejala utama berupa suasana hati (mood) yang mudah berubah, susah tidur, mudah menangis, dan mudah cemas.
Berbagai gejala baby blues syndrome atau sindrom baby blues adalah sebagai berikut:
Ibu mengalami perubahan suasana hati yang cepat
Ibu merasa cemas dan kewalahan mengurus bayi
Ibu merasa murung dan rewel
Ibu merasa sedih dan banyak menangis
Ibu susah tidur (insomnia)
Ibu mengalami penurunan nafsu makan
Ibu tidak sabar, gelisah, dan mudah marah
Ibu sulit berkonsentrasi
Gejala tersebut dapat muncul di masa perawatan setelah melahirkan normal, misalnya saat Anda melakukan perawatan luka perineum.
Sementara bagi ibu yang menjalani masa pasca operasi caesar, perawatan luka SC (caesar) perlu dilakukan agar luka bekas operasi caesar cepat sembuh.
Apa penyebab baby blues?
Penyebab baby blues belum diketahui secara pasti. Namun, sindrom ini diperkirakan terkait dengan perubahan hormon selama minggu-minggu awal kelahiran.
Tubuh Anda akan mengalami banyak penyesuaian setelah melahirkan normal maupun operasi caesar.
Pola makan Anda akan berubah, terjadi perubahan fisik, dan perubahan emosi yang ikut terpengaruh.
Ini karena adanya tekanan dari tanggung jawab besar terhadap bayi Anda.
Kenyataan terhadap peran baru sebagai orangtua mungkin baru akan benar-benar Anda sadari setelah meninggalkan rumah sakit dan mulai menjadi ibu baru.
Meskipun Anda senang menjadi seorang ibu, peran baru ini dapat membuat Anda merasa tertekan sehingga mengalami kondisi ini.
Kondisi ini juga bisa dipicu dari perubahan fisik ibu hamil dan rutinitas sehari-hari, seperti kelelahan dan kurang tidur.
Berapa lama baby blues berlangsung?
Jangan khawatir, keadaan Anda akan segera membaik meski saat ini sedang berjuang mengatasi sindrom yang satu ini.
Kondisi ini dapat terjadi 2-3 hari setelah selesai melahirkan.
Melansir dari American Pregnancy Association, gejala sindrom ini biasanya berlangsung selama beberapa menit atau beberapa jam dalam sehari.
Jika dibandingkan dengan depresi postpartum, baby blues biasanya berlangsung dalam waktu yang cenderung lebih singkat.
Umumnya, kondisi ini bisa terjadi selama kurang lebih dua minggu setelah melahirkan.
Sementara depresi postpartum dapat bertahan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan dan dapat mengganggu aktivitas ibu bila tidak segera ditangani.
Kondisi ini biasanya dapat hilang dalam beberapa hari tanpa perlu mengunjungi dokter.
Biasanya, Anda akan merasa lebih baik dengan istirahat yang cukup dan dukungan dari orang-orang sekitar.
Namun, jika Anda terus merasa cemas setelah melahirkan, kemungkinan Anda mengalami postpartum anxiety.
Segera konsultasikan lebih lanjut ke dokter bila Anda merasa mengalami kondisi tersebut.
Bagaimana cara mengatasi baby blues?
Sindrom ini umumnya bisa hilang dengan sendirinya. Meski begitu, Anda sebaiknya tetap melakukan berbagai upaya sebagai cara mengatasi baby blues.
Beberapa cara untuk membantu mengatasi baby blues adalah sebagai berikut.
Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi guna pemulihan diri ibu dan pemberian ASI kepada sang buah hati.
Konsumsi multivitamin dan omega 3 untuk tetap menjaga kesehatan ibu.
Jangan minum alkohol karena dapat memperparah kondisi ibu.
Setiap kali perasaan bersalah muncul, tanamkan pada diri Anda bahwa ini bukanlah kesalahan Anda.
Minta dukungan dari pasangan, keluarga, dan orang-orang sekitar untuk membantu pemulihan diri.
Mengikuti terapi dan konseling secara individual atau kelompok.
Meluangkan waktu untuk diri sendiri (me time) sejenak.
Saling bercerita pengalaman dengan ibu baru lainnya.
Istirahat yang cukup karena sangat diperlukan untuk pemulihan tubuh Anda.
Jika perlu, Anda dapat mencoba melakukan relaksasi, meditasi, dan mandi dengan air hangat untuk menenangkan pikiran sebelum tidur.
Bisakah baby blues terjadi sebelum melahirkan?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, baby blues syndrome adalah gangguan suasana hati yang menyerang wanita setelah melahirkan.
Meskipun umumnya terjadi setelah melahirkan, tidak semua wanita merasakannya pada waktu yang sama.
Beberapa ibu mungkin merasakan gejala baby blues lebih awal yaitu sebelum melahirkan.
Kondisi ini lebih dikenal dengan pre-baby blues atau depresi antepartum (antepartum depression).
Bila terjadi sebelum melahirkan, kemungkinan besar sindrom ini dialami oleh wanita yang baru pertama kali merasakan kehamilan.
Kehamilan pertama ini bisa memicu perasaan takut dan cemas berlebihan terhadap proses persalinan yang akan dihadapi nanti.
Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko baby blues saat hamil, di antaranya:
Memiliki hubungan dengan pasangan yang buruk sehingga kurang dukungan sosial dan emosional pada sang ibu selama masa kehamilan.
Pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga sehingga hidupnya merasa tidak nyaman dan tertekan.
Bisakah kondisi ini dicegah?
Nah, guna mencegah terjadinya baby blues setelah melahirkan, berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda coba.
1. Bicarakan kekhawatiran Anda
Bicarakan dengan dokter setiap kekhawatiran dan kesedihan yang Anda rasakan saat ini.
Artinya, selalu tepati janji konsultasi prenatal Anda. Seringnya, profesional kesehatan bisa mendeteksi tanda-tanda depresi yang mungkin Anda tidak pernah sadari.
Dengan begitu, mereka bisa membantu Anda mengendalikan gejalanya sebelum meluap di luar kendali.
Diskusi juga dari hati-ke-hati dengan suami Anda mengenai apa saja yang mengkhawatirkan Anda karena akan segera menjadi orangtua baru.
Anda bisa mencurahkan segala kecemasan Anda tentang berbagai hal yang mungkin terjadi nantinya.
2. Lepas stres
Sebagai cara untuk mencegah baby blues, sebaiknya sisihkan waktu untuk diri sendiri secara rutin selama masa kehamilan atau setelah melahirkan.
Anda bisa melakukan “me time” dengan berbagai kegiatan yang positif.
Coba lakukan meditasi, latihan pernapasan dalam, percantik diri di salon, atau sekadar ngopi-ngopi bertemu dan bertukar cerita dengan para calon mama dan ibu lainnya.
Dengan begitu, Anda dapat menemukan sedikit kelegaan hati mengetahui bahwa Anda tidak sendirian.
Sebab menjadi orangtua adalah pengalaman yang unik bagi setiap ibu.
3. Ikut tidur saat bayi Anda tidur
Setiap orang telah mendengar nasihat klasik ini, “tidurlah ketika bayi tidur”.
Sayangnya, terlalu banyak ibu yang gagal untuk benar-benar melaksanakannya.
Kebanyakan ibu justru sering kali menggunakan waktu bebas-bayi untuk beres-beres rumah atau belanja perlengkapan bayi sebelum kelupaan.
Sebenarnya tidak salah untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi, Anda tidak boleh melewatkan kesempatan emas untuk mencuri waktu beristirahat.
Maka dari itu, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain.
Anda bisa meminta bantuan dari suami, ibu, atau menyewa asisten rumah tangga untuk mengurusi pekerjaan rumah atau merawat bayi.
Selain tenaga Anda tak terkuras habis-habisan, Anda juga bisa terhindar dari stres.
Bagi para suami, tunjukkan perhatian dan kasih sayang Anda kepada istri dengan membantunya merawat bayi seperti mengganti popok bayi, memandikan bayi, hingga menggendong bayi.
Suami juga bisa menemani bayi di saat ibu sedang sibuk. Usahakan juga untuk meluangkan waktu mendengarkan cerita istri.
Istri Anda mungkin ingin menceritakan sesuatu kepada Anda untuk meringankan bebannya.
Kadang, istri mengalami masalah saat menyusui dan hal ini mungkin bisa membuatnya stres.
Namun, dengan hanya berbicara dengan Anda, istri mungkin akan merasa jauh lebih tenang.
4. Sempatkan olahraga
Ibu yang rajin melakukan olahraga setelah melahirkan bahkan sebelumnya, cenderung merasa lebih baik secara emosional dan lebih muda bersosialisasi.
Meski begitu, jangan memaksakan diri untuk melakukan olahraga berat.
Lakukan olahraga ringan dengan memfokuskan diri untuk memperlancar aliran darah di dalam tubuh, misalnya berjalan kaki ringan atau melakukan senam nifas.
5. Jangan kekeuh ingin jadi orangtua yang sempurna
Anda mungkin sudah berencana untuk menjadi orangtua yang sempurna bagi si kecil.
Hal itu mungkin membuat Anda merasa bersalah bila tidak bisa melakukan segalanya dengan benar.
Bahkan, Anda mungkin beranggapan bahwa ibu-ibu lainnya melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik dari Anda.
Akibatnya, Anda memaksakan harapan yang tidak realistis pada diri Anda sendiri.
Nah, selain membuka hati, cara terbaik untuk mencegah baby blues adalah untuk memiliki ekspektasi yang realistis.
Ini karena menjadi orangtua adalah pekerjaan yang tidak mudah dan sulit untuk diduga.
Salah sedikit tidak masalah. Teledor sedikit tak selalu berarti Anda gagal menjadi orangtua yang baik.
Daripada sebentar-sebentar panik menyadari betapa kacaunya hidup Anda saat ini, cobalah untuk sedikit lebih santai dan menghargai setiap spontanitas.
6. Libatkan keluarga
Pada umumnya, sindrom baby blues dapat dicegah dengan melibatkan keluarga dan memberikan peran pada suami setelah Anda melahirkan.
Jangan segan untuk meminta dukungan keluarga untuk memberikan dukungan secara fisik maupun mental, misalnya dengan meminta tolong merawat bayi secara bergantian agar Anda bisa beristirahat.
Selain itu, mintalah kesediaan suami untuk memberikan pemahaman kepada keluarga besar tentang perasaan Anda saat ini.
Tujuannya agar mereka tidak melontarkan perkataan yang mungkin dapat menyinggung perasaan Anda. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan emosi Anda.
Sumber : hellosehat.com
No comments