Hikayat Mandi ‘Balimau’, Tradisi Masyarakat Minangkabau Jelang Ramadan yang Tak Pernah Hilang
Dari tahun ke tahun, mandi balimau sudah menjadi tradisi bagi warga Sumatera Barat untuk menyambut bulan suci Ramadan. Mandi balimau merupakan tradisi mandi dengan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya dilakukan di sungai atau tempat pemandian.
Balimau dilakukan satu atau dua hari menjelang puasa. Sungai dan tempat pemandian selalu ramai dikunjungi masyarakat.
Namun pada 2020 lalu, mandi balimau tak bisa dilakukan karena virus corona mewabah di penjuru negeri. Kemudian setelah satu tahun berselang, masyarakat Ranah Minang sepertinya sudah kembali melakukan aktivitas ini.
Meski ada imbauan dari pemerintah untuk tidak melaksanakan mandi balimau tahun ini mengingat pandemi belum berakhir, namun pantauan di sejumlah tempat pemandian sudah ramai dikunjungi masyarakat.
Hikayat Mandi ‘Balimau’
Sebuah referensi dari Bangtjik Kamaluddin dalam bukunya, Mandi Belimau Di Dusun Limbung Bangka Belitung, menulis awal mula penerapan tradisi ini adalah masyarakat Desa Jada Bahri dan Desa Kimak Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
Seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram Yogyakarta bernama Depati Bahrein melarikan diri dari kejaran Belanda. Lalu pada 1700-an, sampailah Depati Bahrein bersama pasukannya ke Pulau Bangka.
“Konon Depati Bahrein kemudian melakukan ritual mandi pertobatan yang kemudian dicontoh oleh warga sekitar,” tulis Bangtjik Kamaluddin.
Akhirnya, istilah mandi pertobatan ini menjamur ke sebagian besar Tanah Melayu sebelum memasuki bulan Ramadan. Tradisi ini kemudian dikenal dengan balimau atau bakasai di daerah lain.
Di Kota Padang biasanya dari tahun ke tahun, ada 12 titik lokasi untuk tradisi mandi balimau seperti Pantai Padang, Pantai Aia Manih, Pantai Pasir Jambak, Lubuak Tampuruang, dan Lubuak Paraku.
Sumber : halianhaluan.com
No comments