Penjelasan BMKG Terkait Potensi Gempa Besar di Zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut
Para Ilmuwan Jepang mengeluarkan peringatan setelah guncangan gempa Magnitudo 7,1 pada kedalaman 39 km di bawah laut, Miyazaki pada 8 Agustus 2024, pukul 14:42:58 WIB.
Kekhawatiran ilmuwan muncul karena gempa besar tersebut dipicu oleh salah satu segmen di Megathrust Nankai, yang memiliki palung bawah laut sepanjang 800 kilometer. Palung Nankai membentang dari Shizuoka di sebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushu.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, menjelaskan bahwa gempa tersebut dipicu oleh aktivitas subduksi di zona Megathrust Nankai, dengan mekanisme naik (thrust fault).
Lebih lanjut dijelaskannya, zona Megathrust Nankai terletak di bagian timur Pulau Kyushu, Shikoku, dan Kinki di Jepang Selatan. Wilayah ini merupakan salah satu zona "seismic gap", yaitu sumber gempa potensial yang belum mengalami gempa besar dalam beberapa puluh hingga ratusan tahun terakhir. Saat ini, zona tersebut diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan, yang berpotensi memicu gempa besar di masa mendatang.
Dampak terhadap Indonesia?
Meskipun
ada kekhawatiran akan terjadinya gempa besar di Megathrust Nankai,
Daryono memastikan bahwa gempa di zona tersebut tidak akan berdampak
terhadap sistem lempeng tektonik di Indonesia. Hal ini dikarenakan jarak yang jauh antara Jepang dan Indonesia serta
dinamika tektonik yang bersifat lokal hingga regional di zona subduksi
Nankai.
Menurut Daryono, kekhawatiran yang dirasakan oleh para ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai sejalan dengan kekhawatiran ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai Siberut.
Rilis gempa di dua segmen ini boleh dikata “tinggal menunggu waktu” karena sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,.
“"Tinggal menunggu waktu" bukan berarti segera akan terjadi dalam waktu dekat. Karena kejadian gempa memang belum dapat diprediksi. Sehingga kami (BMKG) pun tidak tahu kapan akan terjadi. Kami katakan “menunggu waktu “ hal itu karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah release (tinggal segmen tersebut yang belum lepas)," ungkap Daryono.
Namun, Daryono menekankan bahwa ini bukan peringatan (warning) untuk menimbulkan kepanikan, melainkan untuk mengingatkan akan potensi gempa di masa mendatang.
"Potensi gempa di zona Megathrust bukan hal baru. Apa yang saya sampaikan bukan pernyataan "warning". (Tapi) hanya mengingatkan potensi," imbuhnya.
Sementara itu, zona "seismic gap" di Selat Sunda sudah berusia 267 tahun, dan di Mentawai-Siberut sudah berusia 227 tahun. Segmen-segmen lain di sekitarnya sudah mengalami pelepasan tegangan. Hal ini membuat kewaspadaan menjadi sangat penting. "Tugas saya mengingatkan kewaspadaan," tegasnya.
Kedua zona megathrust ini juga termasuk dalam kategori "seismic gap" yang belum mengalami gempa besar selama ratusan tahun.
Sumber : antarasumbar.com
No comments