Header Ads

Header ADS

Sering Debat di Media Sosial? Awas, Ini Dampaknya


Media sosial membuat setiap orang memiliki “panggung” tersendiri untuk menyampaikan pendapat. Sayangnya, kondisi ini sering kali membuat media sosial menjadi tempat debat yang sulit dikendalikan.

Mengapa perdebatan di media sosial sebaiknya dihindari? Adakah cara khusus untuk menghentikan kebiasaan ini? Cari tahu jawabannya melalui uraian berikut.

Media sosial sebagai tempat debat

Selain untuk membagikan momen, banyak orang menggunakan media sosial sebagai wadah berbagi pendapat atau mengomentari sesuatu. Hal ini tentu sangat wajar dan setiap orang pada dasarnya bebas berpendapat.

Akan tetapi, karena setiap orang memiliki pemikiran dan perspektif yang berbeda, tak jarang cuitan di media sosial justru menjadi pemicu perdebatan.

Contoh debat di media sosial yang paling mudah ditemukan adalah terkait pilihan politik. Melalui sebuah berita, perdebatan dapat dengan mudah memicu pro dan kontra.

Ketika Anda berkomentar, orang lain dapat dengan mudah membalasnya, baik untuk yang menyetujui maupun menentangnya.

Meski beberapa jenis debat dinilai bisa memberikan manfaat, seperti meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi, perdebatan di media sosial dinilai lebih sering berakhir pada debat kusir.

Debat kusir adalah perdebatan yang tidak produktif karena setiap pihak hanya fokus pada apa yang ingin disampaikan tanpa mendengar pendapat orang lain.

Belum lagi, banyak orang yang memilih untuk menjadi anonim saat menggunakan media sosial sehingga merasa bebas mengeluarkan pendapat yang menyerang orang lain.

Mengutip dari laman Harvard Business Review, percakapan yang diisi ketegangan seperti ketika debat sering kali berujung pada kondisi yang dipenuhi emosi.

Akibatnya, Anda bisa merasa stres atau cemas setelah berdebat sepanjang hari. Ditambah lagi, Anda mungkin terus mencari cara tentang bagaimana memenangkan perdebatan tersebut.

Terlibat perdebatan dalam media sosial juga cenderung membuat Anda menghabiskan lebih banyak waktu di sana.

Alhasil, Anda mungkin merasakan dampak penggunaan media sosial yang berlebihan, seperti gangguan tidur, melupakan kewajiban di kehidupan nyata, mood yang kurang baik, hingga gangguan kecemasan.

Cara mengatasi dan menghindari debat di media sosial

Jangan sampai komentar Anda di media sosial justru berujung pada debat kusir. Anda bisa menghentikan perdebatan atau bahkan menghindarinya dengan cara berikut.

1. Pertimbangkan untuk agree to disagree

Agree to disagree adalah ungkapan ketika dua orang dengan pandangan berbeda memilih untuk menyetujui perbedaan yang ada dan saling menghormati. 

Risiko stres Anda bisa menurun ketika menerima kenyataan bahwa tidak semua orang harus memiliki pandangan yang sama. Ini juga mendorong sikap toleransi sehingga Anda bisa berteman dengan keberagaman.

2. Tahu kapan berhenti

Ketika debat di media sosial sudah menimbulkan amarah, sebaiknya berhentilah. Pasalnya, pendapat atau ujaran yang muncul ketika Anda marah justru dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Setelah mengambil jeda, Anda bisa memutuskan apakah ingin melanjutkan atau mengakhiri perdebatan tersebut. Ingat, mengakhiri perdebatan bukan berarti Anda kalah dari orang lain.

3. Gunakan kata-kata yang sopan

Jejak di media sosial sulit dihilangkan, sebab sangat mudah bagi orang lain untuk mengabadikan pendapat Anda dan menyebarkannya tanpa sepengetahuan Anda.

Oleh karena itu, sebisa mungkin lakukanlah komunikasi yang baik, yaitu dengan cara menggunakan kata-kata yang sopan ketika menyampaikan ketidaksetujuan pada orang lain.

Selain itu, usahakan untuk menambahkan sumber kredibel dari apa yang Anda sampaikan. Pastikan pendapat Anda bisa dipertanggungjawabkan.

4. Hindari komentar yang menyudutkan

Ketika berdebat, berusahalah untuk fokus pada isu yang dibicarakan alih-alih latar belakang lawan bicara Anda.

Cara ini akan membuat perdebatan tetap sesuai tujuannya dan mengurangi kemungkinan konflik yang lebih besar.

Saat perdebatan Anda sudah memasuki ranah pribadi, Anda juga memiliki risiko lebih besar dianggap sebagai pelaku doxing. Ini adalah tindakan penyebaran informasi pribadi seseorang di ruang publik tanpa izin.

Berdebat di media sosial sebenarnya bukan sesuatu yang benar-benar harus hindari. Akan tetapi, Anda sebaiknya tahu sejauh mana bisa berkomentar dan kapan harus berhenti.

Sumber : hellosehat.com

No comments

Powered by Blogger.